Kamis, 23 Oktober 2008

Nasehat Warren Buffet utk Pengusaha Muda

Tulisan berikut merupakan rangkuman 1 jam wawancara dengan, Investor Legendaris nomor satu di dunia di CNBC. Warren Buffet saat ini adalah orang terkaya nomor satu di dunia versi majalah Forbes, dengan aset pribadi sebesar $ 62 milyar (setara 619 triliun rupiah!!!),

Buffet sekaligus filantrop / dermawan nomor satu dunia yang telah menyumbangkan lebih dari $ 31 milyar (sekitar Rp. 300 triliun!!!) dana pribadinya untuk sumbangan-sumbangan.
Berikut 9 aspek kehidupannya yang sangat menarik:


  1. Buffet memulai investasi sahamnya pada usia 11 tahun, dan ia sangat menyesal memulai investasi saham di usia yang terlambat

  2. Dia membeli sebuah lahan pertanian kecil pada usia 14 tahun dari hasil tabungannya menjadi loper koran

  3. Dia tetap hidup sederhana dengan gaya hidup yang tidak berubah, memiliki rumah dengan 3 kamar tidur kecil di kota kecil Omaha, yang ia beli setelah ia menikah 50 tahun yang lalu, Rumahnya tidak memiliki pagar.

  4. Dia mengendarai mobilnya sendiri tanpa seorang sopir ataupun bodyguard di dekatnya

  5. Dia tidak pernah bepergian menggunakan jet pribadi, walaupun ia memiliki perusahaan jet pribadi terbesar di dunia

  6. Perusahaannya, Berkshire Hathaway, memiliki 63 perusahaan. Ia hanya menulis 1 surat setiap tahun ke CEO perusahaan2nya tersebut, memberikan mereka tujuan bisnis yang harus dicapai setiap tahunnya. Ia tidak pernah mengadakan meeting atau menelepon CEO2 tersebut, ia hanya memberikan 2 buah peraturan: 1) Rule number 1: Jangan pernah membuat rugi para pemilik saham; 2) Rule number 2: Jangan pernah lupa Aturan nomor 1

  7. Ia tidak pernah bersosialisasi di klub-klub orang kaya. Waktu luangnya setelah ia tiba di rumah ia gunakan untuk membuat popcorn, dan menonton TV

  8. Bill Gates, mantan orang terkaya di dunia, tidak pernah berminat untuk menemui Buffet karena tidak melihat adanya kesamaan yang mereka miliki, namun 5 tahun yang lalu Bill mencoba membuat agenda untuk bertemu dengan Buffet hanya selama 30 menit. Namun meeting tersebut justru berlangsung selama 10 jam, Bill berbincang-bincang lama sekali dengan Buffet.

  9. Buffet tidak pernah membawa hanphone, maupun PC/laptop di mejanya,



Nasehatnya untuk Anak Muda:

Stay away from credit cards and invest in yourself and remember:


  1. Uang tidak menciptakan manusia. Namun manusia bisa menciptakan UANG

  2. Jalani kehidupan Anda sesederhana diri Anda sendiri. Yang penting diri Anda NYAMAN

  3. Jangan lakukan apa yang orang lain katakan. Dengarkan saja mereka, namun lakukanlah hanya apa yang membuat Anda merasa nyaman (feel good)

  4. Jangan membeli barang karena merknya. Kenakanlah pakaian yang memang membuat Anda merasa nyaman.

  5. Jangan menghabiskan uang Anda untuk barang-barang yang tidak penting. Gunakanlah uang Anda secara bijaksana untuk kebutuhan yang memang benar-benar Anda perlukan.

  6. Akhirnya, ini semua adalah kehidupan Anda. Hidup ini hanya sekali. Mengapa Anda harus memberikan orang lain kesempatan untuk mengatur hidup Anda?. Hiduplah dengan gaya Anda sendiri, yang penting Anda senang, Anda puas, Anda nyaman, & Anda bahagia.



VERSI INGGRIS

There was a one hour interview on CNBC with
Warren Buffet, the richest man who has donated $31 billion to charity.

Here are some very interesting aspects of his life:


  1. He bought his first share of stock at age 11 and he now regrets that he started too late!

  2. He bought a small farm at age 14 with savings from delivering newspapers.

  3. He still lives in the same, small 3-bedroom house in midtown Omaha that he bought after he got married 50 years ago. He says that he has everything he needs in that house. His house does not have a wall or a fence.

  4. He drives his own car everywhere and does not have a driver or security people around him.

  5. He never travels by private jet, although he owns the world's largest private jet company.

  6. His company, Berkshire Hathaway, owns 63 companies. He writes only one letter each year to the CEOs of these companies, giving them goals for the year. He never holds meetings or calls them on a regular basis. He has given his CEO's only two rules. 1) Rule number 1: Do not lose any of your shareholder's money; 2) Rule number 2: Do not forget rule number 1.

  7. He does not socialize with the high society crowd. His pastime after he gets home is to make himself some popcorn and watch television.

  8. Bill Gates, the world's richest man, met him for the first time only 5 years ago. Bill Gates did not think he had anything in common with Warren Buffet. So, he had scheduled his meeting only for half hour. But when Gates met him, the meeting lasted for ten hours and Bill Gates became a devotee of Warren Buffet.

  9. Warren Buffet does not carry a cell phone, nor has a computer on his desk.


His advice to young entrepreneurs:
Stay away from credit cards and invest in yourself and remember:


  1. Money doesn't create man, but it is the man who created money.

  2. Live your life as simple as you are.

  3. Don't do what others say. Just listen to them, but do what makes you feel good.

  4. Don't go on brand name. Wear those things in which you feel comfortable.

  5. Don't waste your money on unnecessary things. Spend on those who really are in need.

  6. After all, it's your life. Why give others the chance to rule your life?


Sumber: http://www.fjbku.com

Mari Kita Museumkan Kemiskinan

Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian,
Saya yakin kita bisa menciptakan dunia yang bebas dari kemiskinan, karena kemiskinan tidak dibikin oleh rakyat miskin. Kemiskinan diciptakan dan dilestarikan oleh sistem sosial-ekonomi yang kita rancang sendiri; pranata-pranata dan konsep-konsep yang menyusun sistem itu; kebijakan-kebijakan yang kita terapkan.

Kemiskinan tercipta karena kita membangun kerangka teoretis berdasarkan asumsi-asumsi yang merendahkan kapasitas manusia, dengan merancang konsep-konsep yang terlampau sempit (seperti konsep bisnis, kelayakan kredit, kewirausahaan, lapangan kerja) atau mengembangkan lembaga-lembaga yang belum matang (Seperti lembaga-lembaga keuangan yang tidak mengikutsertakan kaum miskin). Kemiskinan disebabkan oleh kegagalan pada tataran konseptual, dan bukan kurangnya kapabilitas di pihak rakyat.

Saya percaya sepenuh hati bahwa kita bisa menciptakan dunia yang bebas-kemiskinan bila secara kolektif kita mempercayainya. Dalam dunia yang bebas-kemiskinan, tempat satu-satunya Anda bisa melihat kemiskinan adalah di museum-museum kemiskinan. Ketika anak-anak sekolah berkunjung ke museum-museum kemis+kinan itu, mereka akan ngeri melihat kesengsaraan dan kehinadinaan yang harus dilalui sebagian umat manusia. Mereka akan menyalahkan leluhurnya karena mentolerir kondisi yang tidak manusiawi yang sudah berlangsung begitu lama atas begitu banyak orang ini.

Seorang manusia lahir di dunia ini dengan bekal penuh bukan hanya untuk mengurusi dirinya sendiri saja, tetapi juga turut menyumbangkan upaya untuk memperluas kesejahteraan dunia secara keseluruhan. Ada yang punya peluang untuk menggali potensi mereka sampai takaran tertentu, tapi banyak lainnya yang tak pernah mendapat kesempatan apapun seumur hidupnya untuk menguak bakat-bakat menakjubkan yang hadir bersama kelahirannya. Mereka mati tanpa pernah tergali dan dunia tak pernah merasakan kreativitas dan sumbangsih mereka.

Grameen telah memberi saya keyakinan tak tergoyahkan mengenai kreativitas manusia. Hal ini telah membuat saya meyakini bahwa manusia tidaklah terlahir untuk menderita sengsara akibat kelaparan dan kemiskinan.

Bagi saya orang miskin itu seperti pohon bonsai. Manakala Anda menanam bibit terbaik dari pohon tertinggi dalam pot kembang, Anda pun mendapat replika dan pohon tertinggi itu, namun tingginya hanya sekian inci. Tak ada yang salah dengan bibit yang Anda tanam, hanya lahannya saja yang sama sekali tidak memadai. Orang miskin itu orang bonsai. Tak ada yang salah dengan bibitnya. Sederhana saja, masyarakat tak pernah memberi mereka lahan untuk bertumbuh kembang. Yang diperlukan untuk membuat masyarakat miskin keluar dari kemiskinan adalah menciptakan lingkungan yang memberdayakan mereka. Begitu kaum miskin bisa melejitkan energi dan kreativitas mereka, kemiskinan akan lenyap dengan cepat.

Mari kita bergandeng tangan untuk memberi setiap makhluk manusia kesempatan yang adil untuk melejitkan energi dan kreativitas mereka.

Bapak dan ibu sekalian, Akan saya sudahi dengan menyatakan penghormatan saya yang mendalam kepada Komite Nobel Norwegia karena mengakui bahwa masyarakat miskin, khususnya kaum perempuan miskin, mempunyai potensi sekaligus hak untuk menjalani hidup dengan layak, dan bahwa pembiayaan mikro bisa turut melejitkan potensi itu.

Saya percaya bahwa penghargaan yang Anda berikan pada kami ini akan mengilhami lebih banyak lagi inisiatif berani di seluruh dunia untuk membuat gebrakan bersejarah dalam mengakhiri kemiskinan global.
Terima kasih.

(Pidato Muhammad Yunus, Saat Menerima Hadiah NOBEL Perdamaian 2006.  Terima kasih kepada R.Kintoko yang telah mengirimkan artikel ini kepada saya. Salam Suksesmulia. Jamil Azzaini)

Sumber: jamil.niriah.com

Sabtu, 11 Oktober 2008

Dinamika Pasar, Krisis, Keputusan BI Menaikkan Suku Bunga

Ketika bank-bank sentral dunia bersama-sama menurunkan tingkat suku bunga, BI malah menaikkan suku bunga. Mengapa?

Mungkin BI punya 3 tujuan:

* Mempertahankan rupiah,
* Memberikan sinyal ke pelaku pasar bahwa kondisi Indonesia tidak seperti kondisi negara2 lain yang terimbas krisis keuangan, krisis kredit dan krisis kepercayaan sehingga Indonesia tidak perlu ikut menurunkan suku bunga,
* Mengurangi laju inflasi.. (penjelasan standar)

Dalam kondisi normal, Bank Sentral menggunakan instrumen suku bunga untuk menstabilkan harga (menahan laju inflasi). Menaikkan suku bunga secara tidak langsung akan mengurangi jumlah uang yang beredar di pasar melalui dua mekanisme: memberikan insentif kepada orang untuk menabung dan mengurangi permintaan orang untuk mengambil kredit. Karena jumlah uang yang beredar berkurang, otomatis “nilai uang” bertambah sehingga “nilai barang” secara relatif menurun, dan harga barang2 pun menurun… sehingga laju inflasi bisa ditahan. Demikian juga sebaliknya dengan penurunan suku bunga.

Kira2 teori ekonominya seperti itu..
Tapi pasar finansial jauuuh lebih kompleks dari itu.. Indonesia tidak berdiri sendiri. Indonesia tidak menutup laju keluar masuknya modal dari dan ke luar negeri. Oleh karena itu, Indonesia merupakan satu titik dari jejaring pasar kapitalisme global.

Bisa juga dibayangkan bahwa jejaring kapitalisme ini terdiri dari titik2, di mana tiap titik merupakan investor (bukan negara). Jaring-jaring terhubung antar titik melalui interaksi antar investor. Interaksi ini bisa dalam beberapa bentuk.

Salah satu bentuk interaksi yang berpengaruh adalah interaksi kredit di mana satu investor meminjamkan modal kepada investor lain. Dari interaksi ini terbentuklah “jaringan kredit”. Bayangkanlah modal ini sebagai darah kapitalisme. Memberikan kredit sama dengan memberikan darah kapitalisme.

Interaksi lain yang cukup penting adalah interaksi melalui “cross-holding”, di mana jaring2 terbentuk dari kesamaan aset yang dipegang. Dari interaksi ini terbentuklah “jaringan kepemilikan aset”.

Ada bentuk jaringan lain yang menghubungkan aset, bukan menghubungkan investor, yaitu kesamaan faktor yang mempengaruhi sumber pendapatan suatu aset tersebut. Misalnya, sumber pendapatan bank kira2 bakal sama dengan bank2 lainnya. Demikian juga sumber pendapatan penjual kelontong kira2 bakal sama dengan penjual kelontong tetangganya. Sebut saja “jaringan ekonomi”.

Jaringan2 baru akan terus muncul, diciptakan, dan dibuang sesuai dengan adaptasi kebudayaan manusia.. Mana yang terbukti menguntungkan bertahan hidup, yang lain, dibuang.. Misalnya, munculnya jaringan melalui produk2 derivatif membuat jejaring kapitalisme semakin kompleks.

Dalam jejaring kapitalisme ini, hanya ada satu hukum yang saya yakin selalu benar: setiap investor (agents) bertindak untuk kepentingannya sendiri. Semua agents ingin survive and prosper dalam jejaring ini.

Bila kita melihat pasar sebagai jejaring kapitalisme, mungkin kita akan lebih bisa memahami dinamika pasar dengan pikiran lebih terbuka. Satu hal yang sangat penting dari cara pandang ini adalah melihat pasar sebagai suatu sistem kompleks yang adaptive (http://www.trojanmice.com/articles/complexadaptivesystems.htm). Banyak properti dari sistem seperti ini yang menarik untuk dipelajari.. Misalnya, tidak ada individu/institusi yang bisa mengatur2 bagaimana seharusnya pasar berlaku. Bahkan The Fed (Bank Sentral AS) ataupun investor terbesar di dunia tidak akan bisa mendikte bagaimana pasar akan bertindak.. Semua yang kita lihat di permukaan (misalnya turun2nya harga2) adalah hasil dari interaksi jutaan agents yang bertindak untuk kepentingannya sendiri2.. It is a bottom up system.. no central authority.

Dalam kondisi normal, jejaring kapitalisme ini sangatlah efisien dalam banyak hal. Ia efisien dalam memproses semua informasi yang relevan dengan sangat cepat dan akurat (misalnya betting markets). Ia juga sangat efisien dalam mengalokasikan modal ke titik2 yang bisa menggunakan modal dengan baik.. dari sinilah kita bisa melihat kembali “the invisible hand” a la Adam Smith..

Sistem ini juga secara natural akan menghasilkan “emergent behavior”. Market boom.. crash.. adalah properti intrinsik dari sistem ini. Tidak bisa lari. We should expect it to come.. time and again.. It is just natural. Bayangkan sebuah virus yang menyerang populasi sebuah binatang. Ekosistem binatang merupakan suatu sistem kompleks yang adaptive, sama seperti pasar. Karena “jaringan kedekatan geografris”, virus akan cepat menyebar sampai tinggal binatang yang bisa beradaptasi dengan si virus saja yang akan hidup, dan akan sejahtera dan berkembang lagi.. demikian seterusnya..

So, apa yang terjadi di jejaring kapitalisme global sekarang? Ingat “jaringan kredit” tadi? Alkisah, ada sekelompok agents (dalam hal ini bank2, hedge funds, dll) yang secara efektif meminjamkan modal kepada sekelompok agents lain yang disinyalir kemampuan kreditnya diragukan dalam bentuk subprime mortgage (semacam KPR). Rumah2 yang dibeli dijadikan agunan. Kemudian hari, pengambil kredit ini tidak bisa mengembalikan hutangnya (http://ihedge.wordpress.com/category/krisis/). Nilai dari aset2 yang didasari oleh pinjaman2 ini pun turun.. Dalam “jaringan kredit” ini, beberapa agents yang meminjamkan modal juga meminjam dari pihak lain.. Maka mulailah efek jaringan (efek domino) ini melanda.. Gagal bayar di salah satu agents menjadi gagal bayar agents lainnya juga. Agents2 lain yang tidak ada hubungan langsung dengan pinjaman subprime mortgage ini juga mendapatkan sinyal dari pasar bahwa kesehatan beberapa agents2 lain cukup lemah.

Ketika kondisi ini mencapai suatu level kritis, fenomena menarik terjadi (emergent behavior). Mereka yang biasanya memberi supply darah kapitalisme (”kredit”), dalam semangat menyelamatkan diri sendiri, memutuskan untuk tidak lagi memberi supply darah ke agent lain karena kawatir darahnya tidak akan berputar balik.. Maka terjadilah fenomena “credit squeeze”, jaringan2 kredit menjadi terputus.. Bayangkan suatu organisme di mana organ2nya tidak mendapat supply darah. Organ2 itu akan melemah, dan mungkin mati.

Di sisi lain, agents2 yang bermasalah ini juga merupakan titik2 penting dalam ”jaringan kepemilikan aset”. Ketika mereka harus mendapatkan modal untuk membiayai operasionalnya (darah untuk hidup), mereka terpaksa menjual aset2 yang mereka miliki untuk mendapat modal baru.. Ketika mereka menjual aset2 ini karena tidak ada pilihan lain, mereka akan menjual dengan berapapun harganya.. Maka turunlah harga-harga.. Tidak pandang bulu apakah aset2 itu ada hubungannya dengan subprime mortga atau tidak… Mereka menjual aset yang mereka miliki.. Melalui penurunan harga2, agent2 dalam jejaring ini mendapat sinyal dari pasar bahwa ada agents2 lain yang bermasalah.

Ketika penurunan harga2 aset2 ini mencapai suatu level kritis, fenomena lainnya terjadi.. Mereka yang memiliki aset2 menjadi tahu bahwa harga2 akan turun karena ada agent2 bermasalah yang harus menjual aset2nya. Agent2 mendapat masalah dan harus menjual asetnya karena: (a) harus membayar hutang ke kreditor2 mereka, (b) mendapatkan “margin call” dari broker mereka, atau (c) mendapatkan penarikan dana dari investor2 lain yang menanamkan modal kepadanya.. Akhirnya, behavior dari agent2 dalam jaringan “kepemilikan aset” ini tersinkronisasi. Sebagian besar tidak ingin membeli, karena tahu harga akan turun lebih dalam lagi… Harga benar2 turun, dan agent2 yang tadinya tidak bermasalah pun menjadi ikut2an bermasalah dan harus menjual asetnya.. dengan harga yang lebih murah lagi.. Terjadilah vicious cycle…

Ada satu hal lagi.. Dalam “jejaring kredit” tadi, tidak semua agents memutar uangnya dalam pasar modal. Sebagian, memutarnya dalam pasar real.. Ketika “jejaring kredit” terputus.. credit squeeze.. mereka tidak memiliki darah untuk memutar usahanya.. Masalah pun merambat ke pasar real: pasar barang dan jasa, dimulai dari sendi ekonomi di mana perusahaan2 yg terkena credit squeeze berada. Ketika suatu sendi ekonomi terpengaruh, maka ”jaringan ekonomi” pun akan terimbas. Masalah akan menjadi parah ketika sendi yang terkena adalah sendi perbankan. Kenapa? Karena sendi ini paling banyak jaringannya ke sendi2 lainnya. Sebagian dari jaring2 itu pasti akan terputus. Dan resesi ekonomi tak elak akan datang….

Balik lagi ke kasus Indonesia. Dari segi pasar modal, jelas jaringan2 titik Indonesia ke jejaring kapitalisme global cukup besar, terutama dari segi ”jaringan kepemilikan aset”. Banyak investor asing yang menanamkan modalnya di pasar modal Indonesia. Tak heran, ketika pasar global jatuh, Jakarta juga ikut turun, dan turun dengan drastis juga. Sebagian investor2 asing itu tak punya pilihan lain selain menjual asetnya di Jakarta. Sebagian lagi menjual karena tahu harga akan turun. Dari segi ”jaringan ekonomi”, Indonesia sepertinya tidak terlalu terhubung dengan pasar global, kecuali melalu sektor pertambangan. Dari segi “jaringan kredit”, Indonesia juga tidak terlalu terhubung. Beda dengan tahun 97an di mana banyak perusahaan Indonesia yang berhutang di luar negeri dalam bentuk dollar. Dari perspektif ini, saya cenderung percaya kalau Indonesia cukup lebih kokoh daripada tetangga2 kita ataupun banyak negara lain di dunia. Masalah pasar saham jatuh, itu hal yang natural.

Balik ke pertanyaan awal: kenapa BI menaikkan suku bunga ketika bank2 sentral lain menurunkan suku bunga? Yah, tanya sama dewan gubernur BI kali yah.. :D. Tapi menurut saya tindakan ini cukup rasional untuk saat ini. Dalam kondisi seperti sekarang, prioritas pertama adalah menjaga stabilitas rupiah. Kenapa? Karena rupiah cenderung melemah akhir2 ini, seiring dengan mata uang2 dunia lainnya. Kita tidak ingin, penurunan rupiah ini mencapai suatu level kritis di mana fenomena baru terjadi.. dan rupiah terjun bebas dengan akibta yang bisa mematikan beberapa sendi ekonomi Indonesia dan menghancurkan “jejaring ekonomi”. Untuk saat ini, lupakan dulu “pertumbuhan ekonomi”, yang penting jaga kestabilan “jejaring ekonomi” Indonesia.

Apa yang bisa dilakukan BI untuk menstabilkan rupiah? Paling tidak ada dua: (1) intervensi pasar modal dengan menjual dollar dan membeli rupiah dengan menggunakan devisa negara, atau (2) dengan menaikkan suku bunga.

Cara pertama adalah cara bunuh diri untuk kondisi seperti sekarang ini. Kenapa? Karena kekuatan pasar saat ini tidak akan mudah dilawan. Cadangan devisa Indonesia yang hanya sekitar beberapa miliar dollar AS bisa dibilang relatif kecil dalam takaran pasar uang. Selain itu, resiko dari strategi ini sangat besar karena senjata kita (cadangan devisa) akan semakin tumpul (semakin kecil) kalau dipakai. Ketika jumlah cadangan turun ke suatu level kritis di mana pasar tidak percaya metode ini akan berhasil, agents akan menyelamatkan diri sendiri, dan semakin melemahkah rupiah dalam proses itu. Rupiah akan jatuh, terjun bebas. Ingat jatuhnya poundsterling Inggris tahun 90an? Bank of England sepertinya lebih kokoh dari BI. Ia pun gagal mempertahankan mata uangnya. Ingat berapa miliar dolar yang dihabiskan Bank of Thailand untuk mempertahankan Thai Bath? Maka, jadikan devisa negara hanya sebagai “threat”, pakailah dengan sangat hati2.

Cara kedua lebih cantik. Apa yang terjadi ketika bank sentral suatu negara menaikkan suku bunga? Ada sekelompok investor/agents yang hidup dengan cara mencari tempat2 di jejaring ini yang memberikan bunga lebih tinggi. Agents2 ini, akan tertarik untuk menaruh modalnya ke negara tersebut sehingga menguatkan mata uang negara tersebut. Bila tindakan ini tidak bisa menarik agent2 seperti ini yang baru, paling tidak tindakan ini bisa mengurangi niat agent2 yang sudah di dalam untuk tidak pergi.

Dikutip dari [ihedge.wordpress.com]

Jumat, 10 Oktober 2008

Penyebab Resesi Amerika

Meski saya bukan ekonom, banyak pembaca tetap minta saya ''menceritakan” secara awam mengenai hebatnya krisis keuangan di AS saat ini. Seperti juga, banyak pembaca tetap bertanya tentang sakit liver, meski mereka tahu saya bukan dokter. Saya coba:


Semua perusahaan yang sudah go public lebih dituntut untuk terus berkembang di semua sektor. Terutama labanya. Kalau bisa, laba sebuah perusahaan publik terus meningkat sampai 20 persen setiap tahun. Soal caranya bagaimana, itu urusan kiat para CEO dan direkturnya.



Pemilik perusahaan itu (para pemilik saham) biasanya sudah tidak mau tahu lagi apa dan bagaimana perusahaan tersebut dijalankan. Yang mereka mau tahu adalah dua hal yang terpenting saja: harga sahamnya harus terus naik dan labanya harus terus meningkat.
Perusahaan publik di AS biasanya dimiliki ribuan atau ratusan ribu orang, sehingga mereka tidak peduli lagi dengan tetek-bengek perusahaan mereka.

Mengapa mereka menginginkan harga saham harus terus naik? Agar kalau para pemilik saham itu ingin menjual saham, bisa dapat harga lebih tinggi dibanding waktu mereka beli dulu: untung.


Mengapa laba juga harus terus naik? Agar, kalau mereka tidak ingin jual saham, setiap tahun mereka bisa dapat pembagian laba (dividen) yang kian banyak.


Soal cara bagaimana agar keinginan dua hal itu bisa terlaksana dengan baik, terserah pada CEO-nya. Mau pakai cara kucing hitam atau cara kucing putih, terserah saja. Sudah ada hukum yang mengawasi cara kerja para CEO tersebut: hukum perusahaan, hukum pasar modal, hukum pajak, hukum perburuhan, dan seterusnya.


Apakah para CEO yang harus selalu memikirkan dua hal itu merasa tertekan dan stres setiap hari? Bukankah sebuah perusahaan kadang bisa untung, tapi kadang bisa rugi?


Anehnya, para CEO belum tentu merasa terus-menerus diuber target. Tanpa disuruh pun para CEO sendiri memang juga menginginkannya. Mengapa? Pertama, agar dia tidak terancam kehilangan jabatan CEO. Kedua, agar dia mendapat bonus superbesar yang biasanya dihitung sekian persen dari laba dan pertumbuhan yang dicapai. Gaji dan bonus yang diterima para CEO perusahaan besar di AS bisa 100 kali lebih besar dari gaji Presiden George Bush . Mana bisa dengan gaji sebesar itu masih stres?


Keinginan pemegang saham dan keinginan para CEO dengan demikian seperti tumbu ketemu tutup: klop. Maka, semua perusahaan dipaksa untuk terus-menerus berkembang dan membesar. Kalau tidak ada jalan, harus dicarikan jalan lain. Kalau jalan lain tidak ditemukan, bikin jalan baru. Kalau bikin jalan baru ternyata sulit, ambil saja jalannya orang lain. Kalau tidak boleh diambil? Beli! Kalau tidak dijual? Beli dengan cara yang licik -dan kasar! Istilah populernya hostile take over.


Kalau masih tidak bisa juga, masih ada jalan aneh: minta politisi untuk bikinkan berbagai peraturan yang memungkinkan perusahaan bisa mendapat jalan.


Kalau perusahaan terus berkembang, semua orang happy. CEO dan para direkturnya happy karena dapat bonus yang mencapai Rp 500 miliar setahun. Para pemilik saham juga happy karena kekayaannya terus naik. Pemerintah happy karena penerimaan pajak yang terus membesar. Politisi happy karena dapat dukungan atau sumber dana .


Dengan gambaran seperti itulah ekonomi AS berkembang pesat dan kesejahteraan rakyatnya meningkat. Semua orang lantas mampu membeli kebutuhan hidupnya. Kulkas, TV, mobil, dan rumah laku dengan kerasnya. Semakin banyak yang bisa membeli barang, ekonomi semakin maju lagi.


Karena itu, AS perlu banyak sekali barang. Barang apa saja. Kalau tidak bisa bikin sendiri, datangkan saja dari Tiongkok atau Indonesia atau negara lainnya. Itulah yang membuat Tiongkok bisa menjual barang apa saja ke AS yang bisa membuat Tiongkok punya cadangan devisa terbesar di dunia: USD 2 triliun!


Sudah lebih dari 60 tahun cara ''membesarkan' ' perusahaan seperti itu dilakukan di AS dengan suksesnya. Itulah bagian dari ekonomi kapitalis. AS dengan kemakmuran dan kekuatan ekonominya lalu menjadi penguasa dunia.


Tapi, itu belum cukup.


Yang makmur harus terus lebih makmur. Punya toilet otomatis dianggap tidak cukup lagi: harus computerized!


Bonus yang sudah amat besar masih kurang besar. Laba yang terus meningkat harus terus mengejar langit. Ukuran perusahaan yang sudah sebesar gajah harus dibikin lebih jumbo. Langit, gajah, jumbo juga belum cukup.


Ketika semua orang sudah mampu beli rumah, mestinya tidak ada lagi perusahaan yang jual rumah. Tapi, karena perusahaan harus terus meningkat, dicarilah jalan agar penjualan rumah tetap bisa dilakukan dalam jumlah yang kian banyak. Kalau orangnya sudah punya rumah, harus diciptakan agar kucing atau anjingnya juga punya rumah. Demikian juga mobilnya.


Tapi, ketika anjingnya pun sudah punya rumah, siapa pula yang akan beli rumah?


Kalau tidak ada lagi yang beli rumah, bagaimana perusahaan bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjamin bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan alat-alat bangunan bisa lebih besar? Bagaimana bank bisa lebih besar? Bagaimana notaris bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjual kloset bisa lebih besar? Padahal, doktrinnya, semua perusahaan harus semakin besar?


Ada jalan baru. Pemerintah AS-lah yang membuat jalan baru itu. Pada 1980, pemerintah bikin keputusan yang disebut '' Deregulasi Kontrol Moneter ''. Intinya, dalam hal kredit rumah, perusahaan realestat diperbolehkan menggunakan variabel bunga. Maksudnya: boleh mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan secara pasti. Peraturan baru itu berlaku dua tahun kemudian.


Inilah peluang besar bagi banyak sektor usaha: realestat, perbankan, asuransi, broker, underwriter, dan seterusnya. Peluang itulah yang dimanfaatkan perbankan secara nyata.


Begini ceritanya:


Sejak sebelum 1925, di AS sudah ada UU Mortgage. Yakni, semacam undang-undang kredit pemilikan rumah (KPR). Semua warga AS, asalkan memenuhi syarat tertentu, bisa mendapat mortgage (anggap saja seperti KPR, meski tidak sama).


Misalnya, kalau gaji seseorang sudah Rp 100 juta setahun, boleh ambil mortgage untuk beli rumah seharga Rp 250 juta. Cicilan bulanannya ringan karena mortgage itu berjangka 30 tahun dengan bunga 6 persen setahun.


Negara-negara maju, termasuk Singapura, umumnya punya UU Mortgage. Yang terbaru adalah UU Mortgage di Dubai. Sejak itu, penjualan properti di Dubai naik 55 persen. UU Mortgage tersebut sangat ketat dalam menetapkan syarat orang yang bisa mendapat mortgage.


Dengan keluarnya ''jalan baru'' pada 1980 itu, terbuka peluang untuk menaikkan bunga. Bisnis yang terkait dengan perumahan kembali hidup. Bank bisa dapat peluang bunga tambahan. Bank menjadi lebih agresif. Juga para broker dan bisnis lain yang terkait.


Tapi, karena semua orang sudah punya rumah, tetap saja ada hambatan. Maka, ada lagi ''jalan baru'' yang dibuat pemerintah enam tahun kemudian. Yakni, tahun 1986.


Pada 1986 itu, pemerintah menetapkan reformasi pajak. Salah satu isinya: pembeli rumah diberi keringanan pajak. Keringanan itu juga berlaku bagi pembelian rumah satu lagi. Artinya, meski sudah punya rumah, kalau mau beli rumah satu lagi, masih bisa dimasukkan dalam fasilitas itu.


Di negara-negara maju, sebuah keringanan pajak mendapat sambutan yang luar biasa. Di sana pajak memang sangat tinggi. Bahkan, seperti di Swedia atau Denmark , gaji seseorang dipajaki sampai 50 persen. Imbalannya, semua keperluan hidup seperti sekolah dan pengobatan gratis. Hari tua juga terjamin.


Dengan adanya fasilitas pajak itu, gairah bisnis rumah meningkat drastis menjelang 1990. Dan terus melejit selama 12 tahun berikutnya. Kredit yang disebut mortgage yang biasanya hanya USD 150 miliar setahun langsung menjadi dua kali lipat pada tahun berikutnya. Tahun- tahun berikutnya terus meningkat lagi. Pada 2004 mencapai hampir USD 700 miliar setahun.


Kata ''mortgage'' berasal dari istilah hukum dalam bahasa Prancis. Artinya: matinya sebuah ikrar. Itu agak berbeda dari kredit rumah. Dalam mortgage, Anda mendapat kredit. Lalu, Anda memiliki rumah. Rumah itu Anda serahkan kepada pihak yang memberi kredit. Anda boleh menempatinya selama cicilan Anda belum lunas.


Karena rumah itu bukan milik Anda, begitu pembayaran mortgage macet, rumah itu otomatis tidak bisa Anda tempati. Sejak awal ada ikrar bahwa itu bukan rumah Anda. Atau belum. Maka, ketika Anda tidak membayar cicilan, ikrar itu dianggap mati. Dengan demikian, Anda harus langsung pergi dari rumah tersebut.


Lalu, apa hubungannya dengan bangkrutnya investment banking seperti Lehman Brothers?


Gairah bisnis rumah yang luar biasa pada 1990-2004 itu bukan hanya karena fasilitas pajak tersebut. Fasilitas itu telah dilihat oleh ''para pelaku bisnis keuangan'' sebagai peluang untuk membesarkan perusahaan dan meningkatkan laba.


Warga terus dirangsang dengan berbagai iklan dan berbagai fasilitas mortgage. Jor-joran memberi kredit bertemu dengan jor-joran membeli rumah. Harga rumah dan tanah naik terus melebihi bunga bank.


Akibatnya, yang pintar bukan hanya orang-orang bank, tapi juga para pemilik rumah. Yang rumahnya sudah lunas, di-mortgage- kan lagi untuk membeli rumah berikutnya. Yang belum memenuhi syarat beli rumah pun bisa mendapatkan kredit dengan harapan toh harga rumahnya terus naik. Kalau toh suatu saat ada yang tidak bisa bayar , bank masih untung. Jadi, tidak ada kata takut dalam memberi kredit rumah.


Tapi, bank tentu punya batasan yang ketat sebagaimana diatur dalam undang-undang perbankan yang keras.


Sekali lagi, bagi orang bisnis, selalu ada jalan.


Jalan baru itu adalah ini: bank bisa bekerja sama dengan ''bank jenis lain'' yang disebut investment banking.


Apakah investment banking itu bank?


Bukan. Ia perusahaan keuangan yang ''hanya mirip'' bank. Ia lebih bebas daripada bank. Ia tidak terikat peraturan bank. Bisa berbuat banyak hal: menerima macam-macam ''deposito'' dari para pemilik uang, meminjamkan uang, meminjam uang, membeli perusahaan, membeli saham, menjadi penjamin, membeli rumah, menjual rumah, private placeman, dan apa pun yang orang bisa lakukan. Bahkan, bisa melakukan apa yang orang tidak pernah memikirkan! Lehman Brothers, Bear Stern, dan banyak lagi adalah jenis investment banking itu.


Dengan kebebasannya tersebut, ia bisa lebih agresif. Bisa memberi pinjaman tanpa ketentuan pembatasan apa pun. Bisa membeli perusahaan dan menjualnya kapan saja. Kalau uangnya tidak cukup, ia bisa pinjam kepada siapa saja: kepada bank lain atau kepada sesama investment banking. Atau, juga kepada orang-orang kaya yang punya banyak uang dengan istilah ''personal banking''.


Saya sering kedatangan orang dari investment banking seperti itu yang menawarkan banyak fasilitas. Kalau saya mau menempatkan dana di sana , saya dapat bunga lebih baik dengan hitungan yang rumit. Biasanya saya tidak sanggup mengikuti hitung-hitungan yang canggih itu.


Saya orang yang berpikiran sederhana. Biasanya tamu-tamu seperti itu saya serahkan ke Dirut Jawa Pos Wenny Ratna Dewi. Yang kalau menghitung angka lebih cepat dari kalkulator. Kini saya tahu, pada dasarnya dia tidak menawarkan fasilitas, tapi cari pinjaman untuk memutar cash-flow.


Begitu agresifnya para investment banking itu, sehingga kalau dulu hanya orang yang memenuhi syarat (prime) yang bisa dapat mortgage, yang kurang memenuhi syarat pun (sub-prime) dirangsang untuk minta mortgage.


Di AS, setiap orang punya rating. Tinggi rendahnya rating ditentukan oleh besar kecilnya penghasilan dan boros-tidaknya gaya hidup seseorang. Orang yang disebut prime adalah yang ratingnya 600 ke atas. Setiap tahun orang bisa memperkirakan sendiri, ratingnya naik atau turun.


Kalau sudah mencapai 600, dia sudah boleh bercita-cita punya rumah lewat mortgage. Kalau belum 600, dia harus berusaha mencapai 600. Bisa dengan terus bekerja keras agar gajinya naik atau terus melakukan penghematan pengeluaran.


Tapi, karena perusahaan harus semakin besar dan laba harus kian tinggi, pasar pun digelembungkan. Orang yang ratingnya baru 500 sudah ditawari mortgage. Toh kalau gagal bayar , rumah itu bisa disita. Setelah disita, bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai pinjaman. Tidak pernah dipikirkan jangka panjangnya.


Jangka panjang itu ternyata tidak terlalu panjang. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, kegagalan bayar mortgage langsung melejit. Rumah yang disita sangat banyak. Rumah yang dijual kian bertambah. Kian banyak orang yang jual rumah, kian turun harganya. Kian turun harga, berarti nilai jaminan rumah itu kian tidak cocok dengan nilai pinjaman. Itu berarti kian banyak yang gagal bayar .


Bank atau investment banking yang memberi pinjaman telah pula menjaminkan rumah-rumah itu kepada bank atau investment banking yang lain. Yang lain itu menjaminkan ke yang lain lagi. Yang lain lagi itu menjaminkan ke yang beriktunya lagi. Satu ambruk, membuat yang lain ambruk. Seperti kartu domino yang didirikan berjajar. Satu roboh menimpa kartu lain. Roboh semua.


Berapa ratus ribu atau juta rumah yang termasuk dalam mortgage itu? Belum ada data. Yang ada baru nilai uangnya. Kira-kira mencapai 5 triliun dolar. Jadi, kalau Presiden Bush merencanakan menyuntik dana APBN USD 700 miliar, memang perlu dipertanyakan: kalau ternyata dana itu tidak menyelesaikan masalah, apa harus menambah USD 700 miliar lagi? Lalu, USD 700 miliar lagi?


Itulah yang ditanyakan anggota DPR AS sekarang, sehingga belum mau menyetujui rencana pemerintah tersebut. Padahal, jumlah suntikan sebanyak USD 700 miliar itu sudah sama dengan pendapatan seluruh bangsa dan negara Indonesia dijadikan satu.


Jadi, kita masih harus menunggu apa yang akan dilakukan pemerintah dan rakyat AS. Kita juga masih menunggu data berapa banyak perusahaan dan orang Indonesia yang ''menabung'' - kan uangnya di lembaga-lembaga investment banking yang kini lagi pada kesulitan itu.


Sebesar tabungan itulah Indonesia akan terseret ke dalamnya. Rasanya tidak banyak, sehingga pengaruhnya tidak akan sebesar pengaruhnya pada Singapura, Hongkong, atau Tiongkok.


Singapura dan Hongkong terpengaruh besar karena dua negara itu menjadi salah satu pusat beroperasinya raksasa-raksasa keuangan dunia. Sedangkan Tiongkok akan terpengaruh karena daya beli rakyat AS akan sangat menurun, yang berarti banyak barang buatan Tiongkok yang tidak bisa dikirim secara besar-besaran ke sana . Kita, setidaknya, masih bisa menanam jagung.(*)


[Dikutip dari milis Tangan di Atas; Dikutip dari jawapos. Judul Asli: Kalau Langit Masih Kurang Tinggi. Oleh: Dahlan Iskan].

Kamis, 09 Oktober 2008

Google Translate Menyediakan Penterjemahan Ke bahasa Indonesia

Ada satu kejutan waktu tadi pagi saya menggunakan mesin pencari google, tidak seperti biasanya muncul tulisan [ Terjemahkan laman ini ] pada hasil pencarian yang menggunakan bahasa inggris. Setelah saya coba klik browser diarahkan ke halaman baru dan Jreng Jreng! Sekarang fasilitas penterjemahan ke bahasa indonesia sudah disediakan Google! Wow senang sekali rasanya.


Kita juga bisa menterjemahkan dari bahasa indonesia kepada bahasa lain yang disediakan google translator ini. Sungguh mengagumkan. Kalau begini bangsa indonesia bisa semakin maju karena bisa memahami bahasa utama dunia dengan menggunakan fasilitas google translate tool ini. Semoga banyak mendatangkan manfaat ke depannya.


Senang hati ini rasanya bahasa indonesia diperhitungkan juga di dunia. Ayo para webmaster semangat lagi dalam mengenalkan budaya indonesia ke seluruh dunia.


O iyah, anda bisa lihat contoh penterjemahan blog saya dari bahasa indonesia ke inggis: [ Translate this paga ].

Koneksi Speedy Byar Pet, Trader Marketiva Banyak Ngeluh

Akhir akhir ini speedy smakin lemot saja, hal ini sangat mengesalkan bagi para trader marketiva yang memerlukan koneksi stabil untuk trading. Sejak diluncurkan program gratisan berinternet jam 20:00 sampai 08:00 koneksi ke luar negeri jadi ancur ancuran!


Mungkin para pemakai speedy limited pada memanfaatkan promo ini untuk download gila gilaan, soalnya aku juga suka download film gratisan sejak ada program gratisan internet ini.


Apalagi mau digunakan akses marketiva, lah wong untuk akses situs luar negeri aja lemooottt amit, akses ke wordpress lemot, ke friendster lemottt, ke blogspot juga lemot, apalagi multiply... Musti tekan refresh di browser berkali kali untuk bisa tampil situsnya.


Dah kesel gw lapor sana sini pihak speedol tapi gak ada perubahan. Teman aku yang di pekalongan, bandung, padang juga mengeluhkan hal yang sama, siang hari akses lambat karena jam kantor, malam hari lebih lambat karena pengguna pada download! Payahhhh!


Satu satunya waktu lancar untuk berspeedol adalah pada pagi hari, abis subuh baru bisa dipake ini koneksi, padahal jam segitu mau trading apa? Orang harga di pasar blm pada bergerak!


Keknya udah saatnya pindah koneksi neh, gue udah melirik Indosat 3.5G sih, lumayan cakep disini dapat signal HSDPA terus, minimal 3G, sehingga kecepatan juga maksimal untuk akses ke luar negeri.

Amerika Kacau, USD Kacau, Spread Jadi Ikut Kacau

Menyusul resesi ekonomi di Amerika, keadaan pasar menjadi tak menentu. Hal ini berpengaruh juga pada penaikan spread pada kebanyakan broker. Spread yaitu selisih antara harga jual dan harga beli dimana semakin besar spread maka akan semakin repot juga bagi trader untuk mendapatkan keuntungan.


Keadaan pasar yang tidak menentu ini juga sekaligus memberikan peluang bagi para trader yang sudah berpengalaman dalam memprediksi pergerakan harga. Kalau kita amati grafik mata uang yang dipasangkan dengan USD mengalami penaikan dan penurunan yang tajam dan berkali kali dalam satu hari.


Trader bisa ambil posisi long dan short berkali kali tergantung dari kondisi pasar untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Tetapi harus hati hati juga karena range pergerakan harga bisa mencapai 200 point bahkan lebih. So inilah saatnya trading yang seru.


Sediakan kopi, pastikan koneksi internet stabil, dan jaga kesehatan anda agar bisa ambil untung sebanyak banyaknya. Bagi yang tidak berani kehilangan uang, gunakan virtual saja ya.

Rabu, 08 Oktober 2008

Trader Valas Pemula Selalu Membludak Setiap Harinya di Marketiva

Sejak kemunculannya tahun 2005, marketiva disambut antusias oleh para pedagang valuta asing di tanah air. Hal ini terbukti dengan banyaknya anggota marketiva yang terdaftar, serta banyaknya situs di internet yang merekomendasikan marketiva.


With more than 520,000 serviced users, 310,000 unique and live trading accounts, and more than 3.7 million live orders executed each month, Marketiva is one of the most popular over-the-counter market makers in the world.


Bayangkan, hanya dalam 3 tahun anggotanya sudah mencapai 520,000 dan kalau kita perhatikan di channel support yang paling banyak berkomunikasi adalah anggota dari indonesia. Di bagian diskusi umu, channel indonesia juga terlihat paling ramai setiap harinya.


Semoga antusiasme para pemain valas dari indonesia diimbangi dengan kepiawaiannya dalam memprediksi pasar, sehingga bermain forex di marketiva bukan hanya dijadikan hiburan semata, tapi bisa dijadikan sumber penghasilan yang bagus sehingga tidak perlu cari kerja di luar negeri lagi untuk menjadi pahlawan devisa.

Sabtu, 04 Oktober 2008

Bertukar Link Yuk!

Bagi kamu yang ingin menaikkan page rank di mata google, boleh dong kita bertukar link. Nanti alamat situs atau blog kamu akan ditampilin di bagian X Link Exchange yang bisa dilihat langsung dari halaman depan blog ini, tapi kalau sudah kepenuhan mungkin akan dikumpulin di satu posting khusus untuk tukar menukar link.

Prosedurnya, silakan pasang kode ini di blog kamu: 

<a href=”http://marketiva.web.id/”>Marketiva</a>

Hasilnya akan terlihat menjadi:

Marketiva

Setelah kamu pasang, silakan contact aku dengan mengisi comment pada artikel ini, nanti aku pasang juga link kamu di bagian tukar menukar link.

Ditunggu yah...